Friday, July 4, 2008

Diakonia Kawanua SA untuk Gereja Sion Taas

Adelaide-Tatkala para economists maupun policy makers sibuk berkutat dengan metode pengembangan ekonomi, kadangkala social capital yang mampu mengorganisir diri dan memberi kontribusi konkrit dalam pengembangan masyarakat sering luput dari perhatian apalagi disentuh secara langsung oleh kebijakan itu. Hal inilah yang menurut Billy Sumampow, Ketua Kawanua SA, harus disupport. Dalam konteks ini, “diakonia dalam bentuk sekecil apapun, pasti akan memberi manfaat,” tandas Sumampow yakin. Hal inilah yang mendorong Kawanua South Australia untuk secara aktif mendorong usaha-usaha masyarakat berbasis inisiatif dan partisipasi. Mewujudkan idealisme ini, Kawanua South Australia sepakat bahwa penyaluran bantuan akan menjadi agenda rutin tahunan. Untuk tahun 2008, Kawanua South Australia menyalurkan bantuan ke Gereja Sion Taas, Manado. Bantuan diserahkan langsung oleh Ketua Kawanua South Australia saat berkesempatan mengunjungi Manado pada Juni 2008. ***

Wednesday, July 2, 2008

Festival Indonesia 2008

“Kawanua South Australia:
Duta Sulut di Festival Indonesia 2008 di Australia Selatan”

Adelaide – Festival Indonesia (Indofest) yang digelar untuk pertama kalinya di Australia Selatan telah berlangsung sukses. Acara puncak Indofest 2008 yang dilaksanakan pada tanggal 13 April di Rymill Park, Adelaide dibuka secara resmi oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia dan Vanuatu, Bapak Hamzah Thayeb. Acara puncak yang disemarakkan dengan pementasan beragam seni budaya Indonesia, turut dihadiri oleh para pejabat Negara bagian Australia Selatan, antara lain Ms. Lindsay Simmons mewakili Premier dan Ketua “Multicultural and Ethnic Affairs Commission (SAMEAC)”, Mr. Hieu Van Le. Kegiatan ini dihadiri pula oleh Konsul Kehormatan Republik Indonesia di Australia Selatan, Dean Edgecombe dan Presiden Asosiasi Australia-Indonesia, Bapak Suharto. Pelaksanaan Indofest di taman kota “Rymill Park’ yang terletak berseberangan dengan lokasi pusat perbelanjaan Rundle Mall menjadi nilai tambah tersendiri bagi kegiatan yang telah diagendakan menjadi event rutin tahunan di Australia Selatan. Sepanjang pelaksanaan kegiatan, lokasi Rundle Street nampak lengang sementara pengunjung Indofest membludak sehingga taman kota seluas 14,5 hektar inipun terasa sesak.

Indofest 2008 yang dikoordinir oleh Katrina Lucas ini sangat dalam maknanya tak hanya untuk memperkenalkan seni dan budaya Indonesia tapi lebih dari itu untuk mempererat relasi antar personal dengan latar belakang budaya berbeda dan bahkan antar bangsa. Mr. Hieu Van Le, dalam sambutannya, menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai jembatan untuk membangun hubungan yang lebih baik antara Australia dan Indonesia. Sementara, Bapak Hamzah Tayeb menekankan arti penting festival Indonesia sebagai media untuk membangun respect dan saling pengertian yang pada gilirannya akan semakin memperkuat hubungan antar bangsa. Beliau juga mengingatkan pengunjung Indofest bahwa apa yang disajikan dalam festival Indonesia tersebut hanyalah sebagian kecil dari keanekaragaman budaya Indonesia yang memiliki ratusan kelompok etnik yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau. Karena itu, bagi mereka yang ingin memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai kekayaan budaya Indonesia disarankan untuk mengunjungi Indonesia yang tahun ini mencanangkan program “Kunjungan Indonesia”. Menariknya, Bapak Hamzah Tayeb sempat menyebut beberapa program terkait tahun kunjungan Indonesia, antara lain Festival Budaya Gorontalo, Asian Sailing Championship di Bali, World Batik Summit di Jakarta dan Festival Layangan di Pangandaran.

Selain pementasan seni budaya Indonesia tradisional dan kontemporer, Indofest 2008 juga disemarakkan oleh sekitar dua belas stall makanan dan minuman yang menawarkan aneka ragam makanan khas pelbagai daerah di Indonesia. Warung Manado adalah salah satu stall makanan yang banyak di minati pembeli. Para pembeli rela antri dengan harap-harap cemas jangan-jangan menu-menu andalan Warung Manado seperti Ayam rica-rica, Soto Manado, Lalampa, Panada, Nasi Jaha, Cucur dan Binyolos keburu habis. Dengan kesigapan para pramusaji yang dikomandani Imelda Rumondor, transaksi di Warung Manado berjalan lancar. Proses transaksi itu sendiri kerap diwarnai senyum manakala pembeli yang umumnya masyarakat lokal dengan percaya diri memesan “ayam rika-rika” bukan Ayam rica-rica. Maklumlah beda pronunciation. Tentu pembaca juga maklum bagaimana mereka memesan “cucur”. Namun Warung Manado tak hanya menawarkan makanan tapi turut pula mempromosikan kekayaan tradisi dan budaya Sulawesi Utara serta mendistribusikan pamflet dan brosur World Ocean Conference 2009. Untuk tugas ini diemban dengan penuh tanggung jawab oleh Rina Montang. Patut pula dicatat bahwa Warung Manado sempat dikunjungi oleh Duta Besar Hamzah Tayeb. Dalam kunjungan singkatnya, Bapak Hamzah Tayeb sempat berdialog dengan Ketua Kawanua South Australia, Ir. B. Sumampow yang didampingi oleh Frangky Manumpil, Tommy Bawulang dan koordinator tim kawanua untuk Indofest, Cynthia Wuisang.

Tak hanya menawarkan makanan siap saji, Kawanua South Australia juga berpartisipasi dalam demo masak. Dari lima menu yang diagendakan, Kawanua South Australia, mendapat jatah dua menu, yakni “Manadonese vegetable dish” alias tinutuan dan “palm sugar and coconut sweets” alias onde-onde. Demo masak tinutuan diperagakan oleh Ibu Ruth Lumangkun yang didampingi oleh Aneli Rondonuwu sementara demo masak onde-onde diperagakan oleh Ibu Deetje Tunstill-Songkilawang yang didampingi oleh Keke Marentek. Namun partisipasi warga kawanua tak hanya sebatas lapangan rumput Rymill Park namun juga menapak panggung utama Indofest. Ibu-ibu Kawanua South Australia yang terdiri atas Cynthia Wuisang, Yuli Samalari, Sylvie Bolang, Keke Marentek, Desy Lewan dan Lydia Rantung turut pula menggoyang panggung utama Indofest dengan tarian poco-poco. ***